pria itu tersenyum sumringah, tangannya mengepal keatas merayakan gol tunggal serta gol kemenangan dilesakkan, berteriak melepas beban yang sebenarnya memang sudah ada sejak kedatangannya, selalu optimis walaupun banyak yang meragukan, dengan syal warna biru langit, ia masih bermimpi menaklukan premier league, hal yang sudah ia lakukan di negeri pizza Italia bersama Inter Milan.
Roberto Mancini nampak ceria, padahal hampir separuh jalannya pertandingan nampak tegang, kerut tawa sangat sulit terlihat sepanjang pertandingan, sudah terbayang pemecatannya yang menghampirinya jika ia gagal mempersembahkan gelar, karena membawa gelar juara menjadi hal yang jarang terjadi pada dua klub terdahulunya ketika ia menjadi pelatihnya.
Final piala FA yang menjadi harapan, setelah menunggu 35 tahun, hanya untuk membuka kembali lemari trophy yang tak pernah dibuka kembali, Roberto membukanya spesial untuk final di Wembley dan ajang sepakbola tertua di kolong bumi. Gol Yaya Toure membuat para Citizen ( pendukung Manchester City) akan sedikit mendongak kepada rival sekota mereka, Manchester United, yang malam ini juga memastikan gelar juara liga Inggris, bahwa mereka tidak akan melihat spanduk 34 years yang biasa terbentang di Old Traford, yang menyinggung lamanya ManCity tidak menjadi juara.
Roberto kegirangan, ia di hampiri staf pelatih dan para petinggi ManCity untuk diberikan selamat, hal tentunya tak dibayangkan ketika di awal tahun, dimana para pemain kesayangan mulai memperlihatkan sisi-sisi pembangkangan, melukai dan mencederai kepercayaan yang di berikan.
Carloz Tevez, Mario Balotelli, Shay Given, menjadi duri dalam daging bagi Roberto, pelan namun pasti peluang menjuarai Liga mulai terkikis, ditambah daya ‘kritis’media Inggris yang memang bisa mengirim seseorang ke citra bersalah, menyerah? tidak, Roberto bertahan, Ia tak peduli dengan apapun yang diberitakan media, ia yakin akhir yang indah akan menaunginya nanti, tidak sekarang, pasti nanti, begitulah keyakinan seorang Roberto Mancini, pemain dan pelatih yang cukup akrab dengan trophy.
Masa Pemain Dan Kepelatihan
Mancini adalah sosok yang cukup sukses berkarir di Italia, scudetto dan copa Italia bukanlah hal yang asing baginya, selesai dengan cemerlang karir pemain, ia menguji daya kepelatihannya dengan menukangi Lazio, klub yang terpuruk karena krisis keuangan, ditinggal para punggawa yang menyebabkan Lazio kehilangan nama besar, Mancio( panggilan Roberto Mancini) ditunjuk sebagai pelatih dan ia optimis tentang peruntungannya.
Mancio benar, gelar copa Italia ia bawakan kelemari trophy Lazio, hal yang membuat Massimo Moratti tertarik untuk merekrutnya, membawa ke Giuseppe Meazza ketika skandal Calciopoli merebak, Mancio benar lagi, ia membawa scudetto dengan catatan bahwa pesaing utama Inter, Juventus dan AC Milan tersandung masalah, Juventus terdegradasi dan Milan mendapat pengurangan poin, Mancio tetap dicibir tapi ia optimis sampai musim ketiganya ia mempersembahkan 2 Scudetto dan 1 copa Italia.
Mancio terdepak, gagal membawa Inter Milan juara di Eropa ia disingkirkan tahun 2008, tak ada pekerjaan sapanjang 2008, akhirnya ia direkrut ManCity, diberi target untuk menjuarai Premier League, minimal ia membawa Mancity lolos keLiga Champion serta satu trophy mungkin akan menjamin namanya tetap ada sampai akhir musim.
Mancio membuktikannya bahwa ia bukan pelatih sembarangan, paling tidak ia telah membuat Syeikh Mansour tersenyum atas gelar piala FA nya, minimal sampai beberapa bulan mendatang
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar